Jumat, 26 Oktober 2012

Terciptanya Feng Shui


Mengajukan pertanyaan adalah salah satu cara untuk mengawali suatu penjelajahan ilmiah. Mungkin Anda pernah mendengar begitu (kata) feng shui disebut, maka  ada orang yang, kemudian, menyodorkan tangan untuk dianalisis. Pada sisi lain, feng shui diasosiasikan dengan ilmu yang membuat seseorang, jika menerapannya, akan kaya raya tanpa banyak bersusah-payah (barangkali seperti memelihara tuyul!). Atau ada yang mengasosiasikan feng shui dengan aliran agama atau kepercayaan tertentu. Ada yang menyebut bahwa feng shui adalah seni tata-letak rumah tinggal (termasuk makam) atau arsitektur Cina kuno yang dipakai untuk membangun istana raja atau bahkan seni hidup harmonis dengan alam.
Pengertian mana yang paling sesuai dan benar tentang feng shui, dicoba dituang lewat pertanyaan bilamana (WHEN), dimana (WHERE) dan apa (WHAT) itu feng shui.

Feng shui terbentuk setelah melewati proses evolusi selama ribuan tahun. Ada tiga penemuan pokok yang mendasari feng shui, yaitu: sistem kalender, I Ch’ing (Yi-Jing) dan penemuan kompas yang kelak menjadi Lou Pan dengan nilai tambah yaitu mengandung formula-formula feng shui pada lempengannya yang lazim disebut cincin (rings).

Kalender atau almanak
Kalender memegang peran paling penting sejak jaman dahulu. Raja menyandang gelar anak langit. Tidaklah mengherankan apabila setiap raja berupaya keras menciptakan kalender. Mereka mempekerjakan astronom-astronom terkemuka guna membuat kalender atau almanak dengan mengamati fenomena-fenomena yang terjadi di langit. Perubahan iklim, cuaca, rotasi matahari dan rotasi bulan ini, kemudian, dijadikan dasar perhitungan mereka untuk menentukan kalender guna disebarluaskan kepada khalayak sebagai dasar penentuan waktu seperti musim tanam, panen, perayaan kerajaan.

Sistem kalender pertama kali digunakan pada tahun 2696 SM. Kalender ini, pada saat itu, dipakai sebagai pedoman bagi rakyat dalam hal seperti: penentuan tanggal musim tanam, jadual upacara-upacara kerajaan, awal dan akhir musim. Dalam perkembangannya, kalender ini terus diperluas penggunaaannya dan akurasinya dengan memekerjakan ahli-ahli perbintangan (falak) pada masa itu untuk melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap perubahan-perubahan terhadap planet-planet (termasuk matahari dan bulan), gerakan bintang-bintang dan gejala-gejala alam semesta seperti gerhana atau pergantian musim. Sampai sekarang dikenal ada 3 jenis kalender, yaitu: kalender Lunar, kalender Solar dan kalender Lunisolar.

Pencatatan yang semakin lengkap dan akurat ini membuat kalender di masa berikutnya makin dapat diandalkan untuk membuat prediksi terhadap fenomena-fenomena planet-planet tersebut. Kejadian-kejadian tertentu yang terkait dengan raja juga dicatat dalam kalender sebagai panduan bagi rakyat ini diterbitkan secara rutin setiap menjelang pergantian tahun. Sampai sekarang, kalender ini tetap terbit dengan nama Tung Shu.

Kalender Bulan (Lunar), Kalender Matahari (Solar) dan Kalender bulan-matahari (Lunisolar)

Kalender bulan (Lunar) menggunakan dasar waktu rotasi bulan mengelilingi bumi. Kalender matahari (Solar) menggunakan dasar waktu rotasi bumi mengelilingi matahari atau seringkali disebut kalender Gregorian.
Rotasi bulan (terhadap bumi) adalah 29,53 hari setiap bulan sehingga dalam 1 tahun ‘hanya’ 354,36 hari. Penentuan lamanya 1 bulan untuk kalender Lunar adalah 29 atau 30 hari, sedangkan ‘selisih’ ± 11 hari ini (365 hari – 354,36 hari), dikumpulkan untuk ditambahkan sebagai bulan sisipan (intercelary) setiap 3 tahun. Kalender Hijriah juga menggunakan pedoman kalender Lunar sehingga setiap tahunnya Idul Fitri akan maju 10 – 11 hari. Kalender bulan ini diawali pada Imlek yang beragam setiap tahunnya. Awal tahun 2009 tanggal: 26 Januari dan awal tahun 2010: 14 Februari.

Bumi mengelilingi matahari selama 365,24 hari sehingga setiap empat tahun (kabisat) ditambahkan 1 hari (0,24 x 4) ini sebagai tanggal 29 Februari. Awal tahun untuk kalender Solar ini adalah tetap yaitu setiap tanggal 1 Januari. 

Kalender Lunisolar adalah kalender yang menggabungkan periode waktu 1 bulan lama bulan mengelilingi bumi dengan periode 1 tahun adalah lama bumi mengelilingi matahari dan dibagi menjadi empat musim. Sejak dinasti Xia (2205 SM. - 1765 SM.), dan digunakan oleh petani sebagai pedoman untuk mulai tanam atau penen, maka kalender ini sering juga disebut almanak petani (farmer almanac). Awal tahun untuk kalender Lunisolar adalah tetap yaitu setiap tanggal 4 atau 5 Februari yaitu tanggal mulai atau awal musim semi.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Praktik Feng Shui Jaman Dahulu


Setelah sukses menjadi raja dan mendirikan suatu dinasti karena letak makam leluhur mereka diyakini memunyai feng shui yang baik, mereka berupaya menggunakan kaidah-kaidah yang sama untuk mencari letak lahan guna dijadikan ibukota dan membangun istana. Upaya-upaya besar agar dihasilkan feng shui istana yang baik dilakukan. Membangun gunung ‘buatan’ agar dapat diambil energinya dilakukan lewat pekerjaan kolosal dengan melibatkan ribuan orang (rakyat) dan dalam waktu yang lama. Tidaklah mengherankan perlu waktu pembangunan selama 12 tahun untuk membuat gunung buatan dengan agar menyerupai gunung berbentuk “Seni Militer” (military art) – sebagai pelindung makam - pada tanah di tempat diambil tanah berubah menjadi danau di taman Bei Ling yang dibuat merangkul makam. Lewat dua struktur buatan (gunung dan danau) yang kolosal ini, makam Zhao Ling menerima qi.

Pada awal raja atau kaisar membangun istana mereka pada kisaran 4000 tahun silam, mereka meminta bantuan ‘orang pintar’ untuk merencanakan dan merancang tata-letak istana mereka. Negara Cina terletak pada bumi bagian Utara sehingga rumah yang menghadap selatan akan menerima sinar matahari, lebih hangat dan terlindung dari tiupan angin utara yang dingin. Alasan ini membuat banyak desa dan kota di Cina dibangun dengan mendasarkan diri pada sumbu atau poros utara-selatan. Hal ini pula yang mendasari mengapa tata-letak istana kaisar-kaisar mengacu pada sumbu utara-selatan. Kota Terlarang (Forbidden City) di Beijing, yang dapat dikatakan paling modern, memunyai orientasi ini dengan arah utara adalah Gerbang Langit (Tian-an Men).

Kompas feng shui mengacu pada arah selatan dan ditempatkan di atas, orientasi arah selatan menyebabkan arah timur berada di kiri dan arah barat ada di kanan. Tidaklah mengherankan apabila dalam menempatkan empat binatang pelindung, kiri adalah naga yang menunjuk unsur kayu berada di timur, harimau di kanan menunjuk unsur logam, burung merah yang berarti unsur api ada di selatan dan kura-kura hitam yang menunjuk unsur air ada di utara.
Pemilihan tempat atau lahan dilanjutkan dengan membangun dan menghadap ke arah-arah tertentu untuk mendapatkan manfaat demi kelangsungan, kelanggengan dan kejayaan dinasti yang mereka dirikan dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu. Para pakar yang menguasai kaidah-kaidah itu akan mencari lahan sebelum dijadikan istana atau makam bagi raja dan keturunannya.

Praktik ini, meskipun belum dikenal istilah feng shui, sudah ada pada dinasti Zhou (1100 – 256 SM.) yaitu digunakan untuk mencari lahan menguntungkan yang metode divinasi ‘Zhai Bu’. Untuk menentukan lokasi makam, sebagai contoh, ‘Zhai Bu’ digunakan untuk mengetahui apakah ada aliran air di bawah lokasi makam itu. Era di atas adalah adalah era Raja Wen yang juga dikenal sebagai perumus I Ch’ing. Kosmologi Cina ditambah dengan filsafat seperti Konfusianisme, Taoisme,  teori Yin/Yang, Pa Kua, Lima Unsur (Wu Xing) dan kalender primitif dari dinasti Xia dengan kombinasi 10 Batang Langit dan 12 Cabang Bumi mulai menampakkan sosok feng shui yang lebih terstruktur. Masa ini disebut oleh Eva Wong sebagai periode Permulaan.

Periode berikutnya, periode pembentukan, baru terjadi pada dinasti Han, dimana mulai dikenal konsultasi feng shui dan dalam beberapa hal mulai dikaitkan dengan I Ch’ing.  Ilmu meramal muncul sebagai cabang ilmu pengetahuan. Para pakar di bidang ini disebut dengan fang shih. Fang berarti rumus, metode atau teknik, dan Shih berarti praktisi atau pengurai. Profesi fang shih muncul dipicu oleh peran penting mereka sebagai penasihat politik dan militer. Pada masa ini hidup Kuei-ku Tzu dengan keahlian di bidang astronomi, geografi dan teknologi militer. Memunyai banyak murid dan salah satunya adalah Sun Pin (cucu Sun Tzu, penulis “Seni Berperang”). Nama yang paling dikenal pada periode ini adalah Chang Liang.
Chang Liang membantu Liu Pang meruntuhkan dinasti Ch’in dan mendirikan dinasti Han. Menurut legenda, ilmu Chang Liang diperoleh dari Huang Shih-kung yang mungkin tidak terlalu asing karena dia juga menulis buku “Seni Berperang” juga.

Istilah feng shui secara samar muncul selama dinasti Jin, ketika disebut dalam buku Guo Pu (276 – 324) dalam karyanya, buku tentang pemakaman (“The Book of Burial”). Dalam buku ini pula disebutkan bahwa orang meninggal pun harus memeroleh manfaat dari Sheng Qi dari lokasi makam yang menguntungkan. 
Istilah kan yu disebutkan juga dalam buku Huai-nan Tzu pada awal dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han, Cina perpecah menjadi tiga negara yang saling berperang. Kisah ini dituturkan dalam “Kisah Tiga Negara” atau “Sam Kok” yang terkenal. Nama Zhuge Liang muncul pada periode perang tiga negara, dimana dia mengenalkan Qi Men Dun Jia, dimana Qi Men berarti “tempat-tempat terbuka yang misterius” dan Dun Jia berarti “menyembunyikan gerakan.”

Pada dinasti Tang, feng shui berkembang pesat dengan mulai digunakan kompas feng shui (Lou Pan). Dari yang sederhana, hanya memuat beberapa lingkaran, ditambah hingga 46 lingkaran. Nama Yang Kun Sun muncul pada masa ini dengan memelajari bentuk-bentuk tanah dan alur-alurnya sebagai urat-urat nama sebagai pokok prediksi dari feng shui. Yang Kun Sun dikenal karena sifat suka-membantu (philantropi) dan kisahnya juga muncul pada sejarah Xuan Kong. Chen Tuan adalah nama berikut yang dikenal pada dinasti Sung, menggantikan dinasti Tang yang runtuh.
Diketahui bahwa Chen Tuan menulis banyak makalah tentang daur perubahan alam semesta dan merintis sistem memrediksi langit yang dikenal sebagai Zi Wei Dou Su .
Perkembangan berikutnya dari feng shui terjadi pada dinasti Song (960 - 1279). Pada masa ini hidup seorang Master feng shui bernama Wu Jin Luan yang menulis “Buku Kutub Langit Yin Yang” (Yin Yang Tian Gi Shu) dimana didalamnya ada pernyataan bahwa kaisar pertama dinasti Tong, Tang Xuan-Zong memunyai koleksi berharga tentang perhitungan-perhitungan feng shui yang disebut “Buku Rahasia Surat-Surat Pualam” (Yu Han Bi Shu) yang ditulis oleh matematikawan terkemuka pada masa itu bernama Chiu Yen-Han.
Pada  dinasti Song juga muncul Master feng shui Lai Bu-Yi (961 - 1277) yang menyatakan bahwa pengetahuan feng shui-nya juga disebarkan lewat cikal-bakal ajaran Yang Yun Song dengan aliran Jianxi-nya.
Shou Yung (1011 - 1077) dengan inovasinya pada I Ch’ing metode Plum-Blossom atau juga dikenal dengan I Ch’ing metode Mei Hua, selain membuat tabulasi ulang atas 64 heksagram I Ch’ing dengan menjabarkan garis lurus dan garis patah dengan angka 1 dan 0 (biner) sebelum disusun kembali menjadi 64 heksagram yang dikelompokkan menurut keluarga unsur-unsur trigram.

Jumat, 12 Oktober 2012

Evolusi Feng Shui


Evolusi Feng Shui
Untuk sampai pada sosok yang sekarang sehingga lebih mudah dipelajari, feng shui mengalami evolusi. Henry B. Lin dalam karyanya yang berjudul “The Art & Science of Feng Shui. The Ancient Chinese Tradition of Shaping Fate” membagi perkembangan feng shui ke dalam 5 periode, yaitu:

a. Periode kebangkitan
Diawali pada tahun 2600 SM. sampai dinasti Jin. Teori tentang makam dan rumah tinggal sudah ada pada periode ini. Dapat disebut panduan Qing Nang  Qu pada era Kaisar Kuning, namun yang paling penting adalah “Book of Burial” dari Guo Pu yang mengandung pernyataan yang sudah disebutkan di atas “Apa itu feng shui?”

b. Periode kejayaan
Diawali dinasti Tang (618 - 907) sampai dinasti Song (960 - 1179). Pemikiran tentang apa yang kelak yang kita sebut sebagai feng shui mulai mengkristal  pada periode ini dengan adanya pembedaan antara aliran situasi dan aliran arah. Aliran situasi memberi penekanan pada topografi dan lingkungan sekitar, melihat dan mengutamakan bentuk dan tinggi gunung dan jajarannya, kecepatan serta liku dan liuk aliran sungai. Sedangkan aliran arah fokus lebih fokus kepada derajat akurasi lokasi gedung atau bangunan dengan bintang-bintang tertentu. Penyelarasan antara penghuni dan arah, semua didasarkan pada teori Pa Kua, Lima Unsur (Wu Xing), Ba Zi dan I Ch’ing.

c. Periode lanjutan
Dimulai pada dinasti Yuan (1270 - 1368) sampai dinasti Qing (1644 - 1911). Periode ini ditandai dengan mulai kurangnya pengembangan teori-teori feng shui, namun mulai marak dengan munculnya karya-karya tentang feng shui dengan beragam judul. Temuan Mu Jiangzen bahwa tanah dengan feng shui menguntungkan, seiring dengan berjalannya waktu, akan berubah. Mulai periode ini, aspek waktu dalam feng shui mulai dipakai.

d. Periode kemunduran
Sampai tahun 1970, seiring dengan pergolakan yang terjadi di Cina, praktis tidak ada perkembangan berarti. Bukan berarti feng shui mulai dilupakan, namun justru menjadi kepercayaan utama pada pemimpin negara pada masa itu. Feng shui dapat membuat mereka meraih posisi tinggi dalam pemerintahan. Yuan Shi-kai menemukan tempat dengan keunggulan feng shui untuk mengubur abu orang tuanya sebelum dia akhirnya menjadi presiden pertama republik Cina pada tahun 1912. Kepercayaan sama dilakukan oleh Chiang Kai-sek yang meyakini bahwa makam kedua orangtuaya yang bagus membuat dirinya menjadi pahlawan nasional setelah sukses mengusir Jepang pada tahun 1945. Dr. Sun Yat-sen dan Mao Tze-tung juga mengikuti jejak itu, namun Mao, pada revolusi kebudayaan, memusnahkan semua literatur yang terkait dengan feng shui untuk mengamankan kedudukannya.

e. Periode kebangkitan kembali
Setelah Cina mulai membuka diri lewat membina hubungan kembali dengan Amerika mampu menguak feng shui ke pecaturan yang lebih luas, dunia. Lewat para Master yang secara terbuka maupun diam-diam, mulailah feng shui menyebar ke seluruh dunia. Dimulai dari terbitnya buku-buku feng shui dari Hongkong dan Taiwan. Imigran yang pergi meninggalkan Cina daratan menuju Kanada menjadi cikal bakal berkembangnya feng shui keseluruh dunia.