Sabtu, 20 Oktober 2012

Praktik Feng Shui Jaman Dahulu


Setelah sukses menjadi raja dan mendirikan suatu dinasti karena letak makam leluhur mereka diyakini memunyai feng shui yang baik, mereka berupaya menggunakan kaidah-kaidah yang sama untuk mencari letak lahan guna dijadikan ibukota dan membangun istana. Upaya-upaya besar agar dihasilkan feng shui istana yang baik dilakukan. Membangun gunung ‘buatan’ agar dapat diambil energinya dilakukan lewat pekerjaan kolosal dengan melibatkan ribuan orang (rakyat) dan dalam waktu yang lama. Tidaklah mengherankan perlu waktu pembangunan selama 12 tahun untuk membuat gunung buatan dengan agar menyerupai gunung berbentuk “Seni Militer” (military art) – sebagai pelindung makam - pada tanah di tempat diambil tanah berubah menjadi danau di taman Bei Ling yang dibuat merangkul makam. Lewat dua struktur buatan (gunung dan danau) yang kolosal ini, makam Zhao Ling menerima qi.

Pada awal raja atau kaisar membangun istana mereka pada kisaran 4000 tahun silam, mereka meminta bantuan ‘orang pintar’ untuk merencanakan dan merancang tata-letak istana mereka. Negara Cina terletak pada bumi bagian Utara sehingga rumah yang menghadap selatan akan menerima sinar matahari, lebih hangat dan terlindung dari tiupan angin utara yang dingin. Alasan ini membuat banyak desa dan kota di Cina dibangun dengan mendasarkan diri pada sumbu atau poros utara-selatan. Hal ini pula yang mendasari mengapa tata-letak istana kaisar-kaisar mengacu pada sumbu utara-selatan. Kota Terlarang (Forbidden City) di Beijing, yang dapat dikatakan paling modern, memunyai orientasi ini dengan arah utara adalah Gerbang Langit (Tian-an Men).

Kompas feng shui mengacu pada arah selatan dan ditempatkan di atas, orientasi arah selatan menyebabkan arah timur berada di kiri dan arah barat ada di kanan. Tidaklah mengherankan apabila dalam menempatkan empat binatang pelindung, kiri adalah naga yang menunjuk unsur kayu berada di timur, harimau di kanan menunjuk unsur logam, burung merah yang berarti unsur api ada di selatan dan kura-kura hitam yang menunjuk unsur air ada di utara.
Pemilihan tempat atau lahan dilanjutkan dengan membangun dan menghadap ke arah-arah tertentu untuk mendapatkan manfaat demi kelangsungan, kelanggengan dan kejayaan dinasti yang mereka dirikan dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu. Para pakar yang menguasai kaidah-kaidah itu akan mencari lahan sebelum dijadikan istana atau makam bagi raja dan keturunannya.

Praktik ini, meskipun belum dikenal istilah feng shui, sudah ada pada dinasti Zhou (1100 – 256 SM.) yaitu digunakan untuk mencari lahan menguntungkan yang metode divinasi ‘Zhai Bu’. Untuk menentukan lokasi makam, sebagai contoh, ‘Zhai Bu’ digunakan untuk mengetahui apakah ada aliran air di bawah lokasi makam itu. Era di atas adalah adalah era Raja Wen yang juga dikenal sebagai perumus I Ch’ing. Kosmologi Cina ditambah dengan filsafat seperti Konfusianisme, Taoisme,  teori Yin/Yang, Pa Kua, Lima Unsur (Wu Xing) dan kalender primitif dari dinasti Xia dengan kombinasi 10 Batang Langit dan 12 Cabang Bumi mulai menampakkan sosok feng shui yang lebih terstruktur. Masa ini disebut oleh Eva Wong sebagai periode Permulaan.

Periode berikutnya, periode pembentukan, baru terjadi pada dinasti Han, dimana mulai dikenal konsultasi feng shui dan dalam beberapa hal mulai dikaitkan dengan I Ch’ing.  Ilmu meramal muncul sebagai cabang ilmu pengetahuan. Para pakar di bidang ini disebut dengan fang shih. Fang berarti rumus, metode atau teknik, dan Shih berarti praktisi atau pengurai. Profesi fang shih muncul dipicu oleh peran penting mereka sebagai penasihat politik dan militer. Pada masa ini hidup Kuei-ku Tzu dengan keahlian di bidang astronomi, geografi dan teknologi militer. Memunyai banyak murid dan salah satunya adalah Sun Pin (cucu Sun Tzu, penulis “Seni Berperang”). Nama yang paling dikenal pada periode ini adalah Chang Liang.
Chang Liang membantu Liu Pang meruntuhkan dinasti Ch’in dan mendirikan dinasti Han. Menurut legenda, ilmu Chang Liang diperoleh dari Huang Shih-kung yang mungkin tidak terlalu asing karena dia juga menulis buku “Seni Berperang” juga.

Istilah feng shui secara samar muncul selama dinasti Jin, ketika disebut dalam buku Guo Pu (276 – 324) dalam karyanya, buku tentang pemakaman (“The Book of Burial”). Dalam buku ini pula disebutkan bahwa orang meninggal pun harus memeroleh manfaat dari Sheng Qi dari lokasi makam yang menguntungkan. 
Istilah kan yu disebutkan juga dalam buku Huai-nan Tzu pada awal dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han, Cina perpecah menjadi tiga negara yang saling berperang. Kisah ini dituturkan dalam “Kisah Tiga Negara” atau “Sam Kok” yang terkenal. Nama Zhuge Liang muncul pada periode perang tiga negara, dimana dia mengenalkan Qi Men Dun Jia, dimana Qi Men berarti “tempat-tempat terbuka yang misterius” dan Dun Jia berarti “menyembunyikan gerakan.”

Pada dinasti Tang, feng shui berkembang pesat dengan mulai digunakan kompas feng shui (Lou Pan). Dari yang sederhana, hanya memuat beberapa lingkaran, ditambah hingga 46 lingkaran. Nama Yang Kun Sun muncul pada masa ini dengan memelajari bentuk-bentuk tanah dan alur-alurnya sebagai urat-urat nama sebagai pokok prediksi dari feng shui. Yang Kun Sun dikenal karena sifat suka-membantu (philantropi) dan kisahnya juga muncul pada sejarah Xuan Kong. Chen Tuan adalah nama berikut yang dikenal pada dinasti Sung, menggantikan dinasti Tang yang runtuh.
Diketahui bahwa Chen Tuan menulis banyak makalah tentang daur perubahan alam semesta dan merintis sistem memrediksi langit yang dikenal sebagai Zi Wei Dou Su .
Perkembangan berikutnya dari feng shui terjadi pada dinasti Song (960 - 1279). Pada masa ini hidup seorang Master feng shui bernama Wu Jin Luan yang menulis “Buku Kutub Langit Yin Yang” (Yin Yang Tian Gi Shu) dimana didalamnya ada pernyataan bahwa kaisar pertama dinasti Tong, Tang Xuan-Zong memunyai koleksi berharga tentang perhitungan-perhitungan feng shui yang disebut “Buku Rahasia Surat-Surat Pualam” (Yu Han Bi Shu) yang ditulis oleh matematikawan terkemuka pada masa itu bernama Chiu Yen-Han.
Pada  dinasti Song juga muncul Master feng shui Lai Bu-Yi (961 - 1277) yang menyatakan bahwa pengetahuan feng shui-nya juga disebarkan lewat cikal-bakal ajaran Yang Yun Song dengan aliran Jianxi-nya.
Shou Yung (1011 - 1077) dengan inovasinya pada I Ch’ing metode Plum-Blossom atau juga dikenal dengan I Ch’ing metode Mei Hua, selain membuat tabulasi ulang atas 64 heksagram I Ch’ing dengan menjabarkan garis lurus dan garis patah dengan angka 1 dan 0 (biner) sebelum disusun kembali menjadi 64 heksagram yang dikelompokkan menurut keluarga unsur-unsur trigram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar