Bima Sakti dan kosmologi China
Ada seorang pemuda dengan harta
satu-satunya yang dimiliki adalah seekor sapi. Dia mengalami hal ini setelah
diusir oleh kakak dan kakak iparnya dengan alasan sudah dewasa dan harus
berkeluarga sendiri. Dia mencari tanah yang diolah dengan bantuan si sapi. Karena
setiap hari digembalakan, maka dia lebih dikenal dengan sebutan “si pengembala.”
Alkisah sapi itu adalah sapi langit sehingga bisa bicara. Dikatakannya kepada
si pengembala bahwa di balik bukit ada hutan dan ada sebuah danau yang pada
saat tertentu ada tujuh orang bidadari akan mandi di sana. Si sapi menyuruh
pengembala untuk mencuri salah satu pakaian bidadari itu yang berwarna merah. Singkat
kata, saran sapi dituruti dan bidadari yang tidak dapat terbang ke langit itu
akhirnya disunting menjadi istri pengembala. Keahlian bidadari ini adalah menenun
sehingga mendapat sebutan “si penenun.”
Selama tujuh tahun tinggal di bumi
yang identik dengan tujuh hari di langit, mereka menjadi suami istri dan
memunyai dua orang anak, laki dan perempuan, sebelum ratu langit turun ke bumi
untuk mencari si penenun. Saat itu si penenun berada di rumah bersama dengan
kedua anaknya, ratu langit langsung menarik tangan si penenun dan membawa
terbang menuju istana langit. Kedua anak menangis pergi mengadu kepada ayahnya
yang sedang berada di ladang, yang mengatakan bahwa ibu mereka dibawa oleh seorang
nenek terbang di langit.
Setelah mendengar kabar ini, si
pengembala bersiap mengejar bersama kedua anaknya. Kedua anaknya masuk kedalam
keranjang rotan yang kedua dipikul. Apa daya dia tidak dapat menyusul terbang
ke awan. Si sapi segera mengibas tanduk dan langsung keluar papan terbang yang
kemudian dinaiki oleh si pengembala untuk mengejar ratu langit.
Merasa dibuntuti, kembali ratu
langit, mengeluarkan tusuk rambut emasnya mengurat ke langit sehingga muncullah
sungai yang deras airnya dan makin lam lebar makin melebar sehingga jarak
antara si pengembala makin jauh. Tidak tahu bagaimana menyeberangi sungai untuk
mengejar istri, mendadak muncul burung
magpie yang tidak terhitung banyaknya yang membentuk formasi sebuah jembatan
yang melintas di atas sungai tersebut sehingga si pengembala dapat menyeberangi
sungai.
Ratu langit rupanya kewalahan dan
akhirnya membiarkan si pengembala dan si penenun bertemu setiap tahun sekali
yaitu pada tanggal tujuh bulan ketujuh kalander lunar. Mitologi di atas adalah
fabel tentang aquila dan vega, dua gugus bintang yang menjadi
batas sungai perak langit (Bimasakti).
Mitologi indah tentang kosmologi ini
kemudian dibumbui dengan kisah bahwa bagi wanita yang sudah menikah namun belum
memunyai anak, maka hari itu (bulan 7 tanggal 7 Imlek) dapat membeli boneka
tanah liat Moheluo yaitu boneka berbentuk anak kecil yang sedang membawa daun
lotus. Semua yang di atas tidak ada hubungannya dengan feng shui, namun
terkadang ada anjuran dengan mengatasnamakan feng shui bahwa wanita yang belum
punya anak itu harus membeli boneka anak agar cepat mendapat keturunan agar
menaruh boneka itu di atas ranjang atau (rencana) kamar tidur anak. Sering
terjadi hal ini masih ditambah dengan saran untuk diletakkan pada arah-arah
tertentu.