Rabu, 18 Maret 2015

Bima Sakti dan Kosmologi China


Bima Sakti dan kosmologi China

Ada seorang pemuda dengan harta satu-satunya yang dimiliki adalah seekor sapi. Dia mengalami hal ini setelah diusir oleh kakak dan kakak iparnya dengan alasan sudah dewasa dan harus berkeluarga sendiri. Dia mencari tanah yang diolah dengan bantuan si sapi. Karena setiap hari digembalakan, maka dia lebih dikenal dengan sebutan “si pengembala.” Alkisah sapi itu adalah sapi langit sehingga bisa bicara. Dikatakannya kepada si pengembala bahwa di balik bukit ada hutan dan ada sebuah danau yang pada saat tertentu ada tujuh orang bidadari akan mandi di sana. Si sapi menyuruh pengembala untuk mencuri salah satu pakaian bidadari itu yang berwarna merah. Singkat kata, saran sapi dituruti dan bidadari yang tidak dapat terbang ke langit itu akhirnya disunting menjadi istri pengembala. Keahlian bidadari ini adalah menenun sehingga mendapat sebutan “si penenun.”

Selama tujuh tahun tinggal di bumi yang identik dengan tujuh hari di langit, mereka menjadi suami istri dan memunyai dua orang anak, laki dan perempuan, sebelum ratu langit turun ke bumi untuk mencari si penenun. Saat itu si penenun berada di rumah bersama dengan kedua anaknya, ratu langit langsung menarik tangan si penenun dan membawa terbang menuju istana langit. Kedua anak menangis pergi mengadu kepada ayahnya yang sedang berada di ladang, yang mengatakan bahwa ibu mereka dibawa oleh seorang nenek terbang di langit.
 
Setelah mendengar kabar ini, si pengembala bersiap mengejar bersama kedua anaknya. Kedua anaknya masuk kedalam keranjang rotan yang kedua dipikul. Apa daya dia tidak dapat menyusul terbang ke awan. Si sapi segera mengibas tanduk dan langsung keluar papan terbang yang kemudian dinaiki oleh si pengembala untuk mengejar ratu langit.

Merasa dibuntuti, kembali ratu langit, mengeluarkan tusuk rambut emasnya mengurat ke langit sehingga muncullah sungai yang deras airnya dan makin lam lebar makin melebar sehingga jarak antara si pengembala makin jauh. Tidak tahu bagaimana menyeberangi sungai untuk mengejar istri, mendadak muncul  burung magpie yang tidak terhitung banyaknya yang membentuk formasi sebuah jembatan yang melintas di atas sungai tersebut sehingga si pengembala dapat menyeberangi sungai.

Ratu langit rupanya kewalahan dan akhirnya membiarkan si pengembala dan si penenun bertemu setiap tahun sekali yaitu pada tanggal tujuh bulan ketujuh kalander lunar. Mitologi di atas adalah fabel tentang aquila dan vega, dua gugus bintang yang menjadi batas sungai perak langit (Bimasakti).

 
Mitologi indah tentang kosmologi ini kemudian dibumbui dengan kisah bahwa bagi wanita yang sudah menikah namun belum memunyai anak, maka hari itu (bulan 7 tanggal 7 Imlek) dapat membeli boneka tanah liat Moheluo yaitu boneka berbentuk anak kecil yang sedang membawa daun lotus. Semua yang di atas tidak ada hubungannya dengan feng shui, namun terkadang ada anjuran dengan mengatasnamakan feng shui bahwa wanita yang belum punya anak itu harus membeli boneka anak agar cepat mendapat keturunan agar menaruh boneka itu di atas ranjang atau (rencana) kamar tidur anak. Sering terjadi hal ini masih ditambah dengan saran untuk diletakkan pada arah-arah tertentu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar