Rabu, 14 November 2012

Kemunduran dan Kebangkitan Kembali Feng Shui


Apabila pada bahasan di atas jelas terlihat perkembangan feng shui, namun ketika bangsa Mongol menguasai Cina daratan (1368 - 1644) daratan, peran feng shui mulai pudar. Ditambah dengan Chu Yuan-chang yang menguber-uber Liu Po-hun untuk dihukum mati. Chu adalah seorang petani yang memberontak dan dengan bantuan penasihat militer sekaligus ahli prediksi Liu Po-hun mampu mendirikan dinasti Ming. Ingin berkuasa sendiri Chu membunuhi semua orang yang memunyai kemampuan militer serta ahli militer termasuk Liu. Mendapat firasat buruk, Liu pergi sebelum dibunuh, namun kemudian Chu memerintahkan agar membunuhi semua orang yang wajahnya mirip dengan Lui. Masa ini adalah masa kemunduran feng shui, setelum terjadi perubahan orientasi dan metode.

Ada tiga hal yang patut dicatat. Pertama, gunung-gunung dipilah menjadi lima jenis dan lembah-lembah dipilah menjadi sebelas jenis. Kedua, hanya gunung yang terletak di belakang pemakaman memberi keberuntungan dan ketiga, dicetuskan sistem San Yuan (“Tiga Periode”) beserta sembilan daurnya. Setiap era adalah 60 tahun atau terbagi menjadi tiga daur masing-masing dua-puluh tahun.

Kebangkitan feng shui ditandai dengan pembagian feng shui Yang dan feng shui Yin serta Lou Pan ditambah menjadi tiga puluh enam lingkaran. Semua ini terjadi pada dinasti Ch’ing. Ada faktor tambahan terhadap feng shui pada dinasti Ch’ing dengan memasukkan karma seseorang. Karma mulai diperhitungkan dalam menghitung nasib seseorang, meskipun tidak dibahas dalam feng shui.

Pengajaran tentang feng shui biasanya diturunkan dari bapak ke anak sehingga lewat cara ini hanya mengajarkan kepada keturunan atau anggota keluarganya dan tidak menerima murid. Mereka yang menguasai feng shui tetap rapat menyimpan ilmu ini karena barangkali takut dengan perubahan penguasa yang membuat orang pandai harus rela menyingkir dari pecaturan atau jika tidak karya mereka bahkan diri mereka akan terkena dampak. Cara ini, sampai sekarang, masih berkembang di daratan Cina dan Hongkong tentunya, dimana pengajaran feng shui dilakukan tidak secara terbuka, namun hanya lewat hubungan patron seperti layaknya hubungan antar keluarga.

Cara diam-diam ini juga memberi manfaat karena apabila terjadi perubahan pemerintahan atau feng shui dianggap terlarang (barangkali seperti Falun Gong / Falun Da Fa yang dimusuhi), mereka yang mengetahui tetap tidak tersentuh. Saat situasi kondusif dan mereka yang menguasai feng shui memunyai pikiran lebih terbuka dengan perubahan, maka feng shui diajarkan oleh mereka yang memilih pribadi-pribadi tertentu yang dinilainya layak diajar feng shui. Tidaklah mengherankan jika pada tahun-tahun terakhir ini, hampir semua materi pengajaran yang diajarkan oleh mereka lewat  seminar atau kursus relatif hampir sama. 


Feng Shui era Modern
Semua yang disebutkan di atas terjadi pada milenium-milenium sebelumnya, namun pada era Internet ini memelajari feng shui atau belajar feng shui menjadi  lebih mudah. Untuk tahap-tahap awal, tersedia banyak buku-buku feng shui yang sudah dialihbahasakan seperti buku-buku karya Lillian Too (paling banyak), Vincent Koh, Albert Low dan terakhir Eva Wong, namun jika anda ingin lebih lanjut maka buku-buku berbahasa Mandarin dapat Anda temui di toko-toko buku asing seperti Kinokuniya di Plaza Senayan atau mencoba “berburu” (mungkin akan mendapatkan buku langka atau berbuah kecewa di pinggiran gedung Chandra) di Glodok, Pancoran atau membeli di toko buku Singapura, Hongkong, Taiwan atau Beijing, dimana hal ini perlu memahami tentang lokasi penjual buku-buku tersebut.
Tidak semua buku-buku itu dapat memuaskan semua rasa ingin tahu Anda, sehingga tidak ada jalan lain kecuali bertemu dengan mereka-mereka yang piawai dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang mereka selenggarakan di seluruh penjuru dunia. Nama-mana seperti Grand Master Yap Cheng Hai (www.ychacademy.com), Joey Yap (www.masteryacademy.com) dan masih banyak situs lainnya, Raymond Lo (www.raymond-lo.com), Lillian Too (www.lillian-too.com), Peter Leung (www.fengshuisos.com) dan Joseph Yu (www.astro-fengshui.com), Larry Sang (www.amfengshui.com) semuanya memunyai jadual pelatihan feng shui hampir di seluruh kota-kota besar di dunia.
“Industri” pelatihan feng shui yang sekarang ini sangat marak ini barangkali diawali oleh Tan Yang Wu yang mengadakan pembelajaran feng shui di Shanghai pada tahun 1922 sekaligus sebagai pengarang buku “Teori feng shui Yang dan feng shui Yin.” Tan Yang Wu adalah salah satu murid dari Wu Chang Pai yang menuruni Xuan Kong dari Zhang Zhung Shan. Teori dan metode Xuan Kong oleh Tan Yang Wu diamati bagaimana praktik dan implementasinya dalam situasi-situasi sebenarnya. Tan Yang Wu belajar di bawah pengarahan Yang Jiu Ru yang tidak lain merupakan keturunan Zhang Zhung Shan. Penekanan sisi praktis dari Tan Yang Wu ini membuat banyak studi kasus dan contoh diberikan dibandingkan dengan penjelasan teknis dan konsep-konsep teoritis sambil terus dilakukan revisi terhadap apa yang dirasa keliru. Termasuk dalam pengajaran di Wu Chang Pai adalah penjabaran karya-karya Jiang Da Hong yang terus diajarkan sampai hari ini.
Pengetahuan Tan Yang Wu diajarkan secara luas dan dimiliki murid-murid yang terkenal antara lain: Yao Si Yin, Chan Chuan Huai, Sui Beng, Eu See Yung dan Yen Pen, Hung Chuan dan terakhir Francis Leyau Yoke Sai. Nama Hung Chuan dikenal karena kesuksesannya meningkatkan tingkat hunian hotel Hyatt Singapura setelah merombak arah pintu masuk dan memasang pancuran air dan lima tiang bendera. Sampai hari ini, pengajaran dari Tan Yang Wu ini dapat Anda ikuti (www.fengshuimastery.com). Anda dapat mencari lewat Internet apabila ingin mengetahui dan mencari penyelenggarakan pelatihan feng shui yang dirasa berkenan bagi anda, baik dari segi jarak maupun bahan-bahan yang ditawarkan.
Yang disebutkan di atas adalah jalur ‘formal’ memelajari feng shui, namun selain formal tentunya ada juga jalur informal. Banyak master atau pakar feng shui tidak pernah tampil di publik, dimana mereka ini barangkali tidak mau tampil atau memang sudah menikmati dampak feng shui bagi diri mereka sendiri dan tentunya seluruh anggota keluarga mereka. Tidak mudah mencari orang-orang ‘tersembunyi’ ini yang mungkin banyak bermukim di Hongkong, Cina maupun Taiwan. Mereka tidak menulis buku acuan namun seringkali ada juga yang menuangkan pengetahuan menjadi buah karya mereka seperti halnya Eva Wong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar