Apabila pada bahasan di atas jelas terlihat perkembangan
feng shui, namun ketika bangsa Mongol menguasai Cina daratan (1368 - 1644)
daratan, peran feng shui mulai pudar. Ditambah dengan Chu Yuan-chang yang
menguber-uber Liu Po-hun untuk dihukum mati. Chu adalah seorang petani yang
memberontak dan dengan bantuan penasihat militer sekaligus ahli prediksi Liu
Po-hun mampu mendirikan dinasti Ming. Ingin berkuasa sendiri Chu membunuhi
semua orang yang memunyai kemampuan militer serta ahli militer termasuk Liu.
Mendapat firasat buruk, Liu pergi sebelum dibunuh, namun kemudian Chu
memerintahkan agar membunuhi semua orang yang wajahnya mirip dengan Lui. Masa
ini adalah masa kemunduran feng shui, setelum terjadi perubahan orientasi dan
metode.
Ada tiga hal yang patut dicatat. Pertama, gunung-gunung
dipilah menjadi lima jenis dan lembah-lembah dipilah menjadi sebelas jenis.
Kedua, hanya gunung yang terletak di belakang pemakaman memberi keberuntungan
dan ketiga, dicetuskan sistem San Yuan (“Tiga Periode”) beserta sembilan
daurnya. Setiap era adalah 60 tahun atau terbagi menjadi tiga daur
masing-masing dua-puluh tahun.
Kebangkitan feng shui ditandai dengan pembagian feng shui
Yang dan feng shui Yin serta Lou Pan ditambah menjadi tiga puluh enam
lingkaran. Semua ini terjadi pada dinasti Ch’ing. Ada faktor tambahan terhadap
feng shui pada dinasti Ch’ing dengan memasukkan karma seseorang. Karma mulai
diperhitungkan dalam menghitung nasib seseorang, meskipun tidak dibahas dalam
feng shui.
Pengajaran tentang feng shui biasanya diturunkan dari
bapak ke anak sehingga lewat cara ini hanya mengajarkan kepada keturunan atau
anggota keluarganya dan tidak menerima murid. Mereka yang menguasai feng shui
tetap rapat menyimpan ilmu ini karena barangkali takut dengan perubahan
penguasa yang membuat orang pandai harus rela menyingkir dari pecaturan atau
jika tidak karya mereka bahkan diri mereka akan terkena dampak. Cara ini,
sampai sekarang, masih berkembang di daratan Cina dan Hongkong tentunya, dimana
pengajaran feng shui dilakukan tidak secara terbuka, namun hanya lewat hubungan
patron seperti layaknya hubungan antar keluarga.
Cara diam-diam ini juga memberi manfaat karena apabila
terjadi perubahan pemerintahan atau feng shui dianggap terlarang (barangkali
seperti Falun Gong / Falun Da Fa yang dimusuhi), mereka yang mengetahui tetap tidak
tersentuh. Saat situasi kondusif dan mereka yang menguasai feng shui memunyai
pikiran lebih terbuka dengan perubahan, maka feng shui diajarkan oleh mereka yang
memilih pribadi-pribadi tertentu yang dinilainya layak diajar feng shui.
Tidaklah mengherankan jika pada tahun-tahun terakhir ini, hampir semua materi
pengajaran yang diajarkan oleh mereka lewat
seminar atau kursus relatif hampir sama.
Feng Shui era Modern
Semua yang disebutkan di atas terjadi pada
milenium-milenium sebelumnya, namun pada era Internet ini memelajari feng shui
atau belajar feng shui menjadi lebih
mudah. Untuk tahap-tahap awal, tersedia banyak buku-buku feng shui yang sudah
dialihbahasakan seperti buku-buku karya Lillian Too (paling banyak), Vincent
Koh, Albert Low dan terakhir Eva Wong, namun jika anda ingin lebih lanjut maka
buku-buku berbahasa Mandarin dapat Anda temui di toko-toko buku asing seperti
Kinokuniya di Plaza Senayan atau mencoba “berburu” (mungkin akan mendapatkan
buku langka atau berbuah kecewa di pinggiran gedung Chandra) di Glodok,
Pancoran atau membeli di toko buku Singapura, Hongkong, Taiwan atau Beijing,
dimana hal ini perlu memahami tentang lokasi penjual buku-buku tersebut.
Tidak semua buku-buku itu dapat memuaskan semua rasa
ingin tahu Anda, sehingga tidak ada jalan lain kecuali bertemu dengan
mereka-mereka yang piawai dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang mereka
selenggarakan di seluruh penjuru dunia. Nama-mana seperti Grand Master Yap
Cheng Hai (www.ychacademy.com), Joey
Yap (www.masteryacademy.com) dan
masih banyak situs lainnya, Raymond Lo
(www.raymond-lo.com), Lillian Too (www.lillian-too.com), Peter Leung (www.fengshuisos.com) dan Joseph Yu (www.astro-fengshui.com), Larry Sang (www.amfengshui.com) semuanya memunyai
jadual pelatihan feng shui hampir di seluruh kota-kota besar di dunia.
“Industri” pelatihan feng shui yang sekarang ini sangat
marak ini barangkali diawali oleh Tan Yang Wu yang mengadakan pembelajaran feng
shui di Shanghai pada tahun 1922 sekaligus sebagai pengarang buku “Teori feng
shui Yang dan feng shui Yin.” Tan Yang Wu adalah salah satu murid dari Wu Chang
Pai yang menuruni Xuan Kong dari Zhang Zhung Shan. Teori dan metode Xuan Kong
oleh Tan Yang Wu diamati bagaimana praktik dan implementasinya dalam
situasi-situasi sebenarnya. Tan Yang Wu belajar di bawah pengarahan Yang Jiu Ru
yang tidak lain merupakan keturunan Zhang Zhung Shan. Penekanan sisi praktis
dari Tan Yang Wu ini membuat banyak studi kasus dan contoh diberikan
dibandingkan dengan penjelasan teknis dan konsep-konsep teoritis sambil terus
dilakukan revisi terhadap apa yang dirasa keliru. Termasuk dalam pengajaran di
Wu Chang Pai adalah penjabaran karya-karya Jiang Da Hong yang terus diajarkan
sampai hari ini.
Pengetahuan Tan Yang Wu diajarkan secara luas dan dimiliki
murid-murid yang terkenal antara lain: Yao Si Yin, Chan Chuan Huai, Sui Beng,
Eu See Yung dan Yen Pen, Hung Chuan dan terakhir Francis Leyau Yoke Sai. Nama
Hung Chuan dikenal karena kesuksesannya meningkatkan tingkat hunian hotel Hyatt
Singapura setelah merombak arah pintu masuk dan memasang pancuran air dan lima
tiang bendera. Sampai hari ini, pengajaran dari Tan Yang Wu ini dapat Anda
ikuti (www.fengshuimastery.com).
Anda dapat mencari lewat Internet apabila ingin mengetahui dan mencari
penyelenggarakan pelatihan feng shui yang dirasa berkenan bagi anda, baik dari
segi jarak maupun bahan-bahan yang ditawarkan.
Yang disebutkan di atas adalah jalur ‘formal’ memelajari
feng shui, namun selain formal tentunya ada juga jalur informal. Banyak master
atau pakar feng shui tidak pernah tampil di publik, dimana mereka ini
barangkali tidak mau tampil atau memang sudah menikmati dampak feng shui bagi
diri mereka sendiri dan tentunya seluruh anggota keluarga mereka. Tidak mudah
mencari orang-orang ‘tersembunyi’ ini yang mungkin banyak bermukim di Hongkong,
Cina maupun Taiwan. Mereka tidak menulis buku acuan namun seringkali ada juga
yang menuangkan pengetahuan menjadi buah karya mereka seperti halnya Eva Wong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar