Jumat, 15 Februari 2013

Luan Tao, mahluk apa ini?



o   Meng T’ien, pembangun tembok besar (Great Wall) mengatakan bahwa dia tidak akan dapat membangun tembok besar tanpa memotong nadi-nadi (naga) bumi.
o   Ada ungkapan yang mungkin pernah Anda dengar yaitu ada ‘naga’ di Jakarta dengan kepala di Muara Karang dan ekor Cilangkap. Atau pernah mendapat kiriman email kolom Kafi Kurnia bahwa jalur busway yang dibangun di sepanjang jalan MH. Thamrin dan Sudirman sampai Ratu Plaza, merusak dan mengusik formasi naga yang selama ini tenang dan memberi kemakmuran di sepanjang kedua jalan itu.
o   Sejarah Tionghoa memberi apresiasi untuk setiap rincian dari topografi. Bentuk gunung dan bukit, aliran sungai disamping hutan dan dataran atau padang rumput diamati dengan teliti. Pada jaman modern, yang diperhatikan adalah kontruksi buatan manusia seperti tembok kota dan tempat hunian.

Menurut Qing Nan Jing, ada lima planet di langit dan punya padanan lima unsur di bumi. Di langit ada bintang dan galaksi, sedang di bumi terdapat gunung-gunung dan sungai-sungai. Qi bergerak di bumi memunyai hubungan dengan bentuk-bentuk di langit seperti ada ungkapan, “Di langit, bentuk dicitrakan. Di bumi, diubah menjadi bentuk. Perubahan itu nampak sudah.” 
Secara leksikal, bentuk-bentuk di langit memiliki padanan di bumi. Orang kuno memelajari bahwa tempat yang menguntungkan memiliki fungsi pelindung dan produksi. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu tempat dikatakan menguntungkan jika dilindungi oleh gunung-gunung yang memunyai air dimana air senantiasa mengalir dan terkumpul di depan rumah. Agar mudah diingat, maka pakar feng shui meminjam istilah empat binatang pelindung dari astronomi kuno dalam mencari tempat-tempat yang dapat memenuhi kriteria-kriteria di atas.

Luan Tao yang berarti ‘jajaran gunung’ adalah feng shui dalam skala besar untuk eksterior. Feng shui dalam skala paling besar ini mengamati jajaran serta bentuk gunung-bunung dan bukit-bukit, liuk dan liku aliran sungai dari mata air sampai bermuara di laut, lembah, danau, dataran tinggi, kontur dan topologi tanah. Alur-alur ini lazim disebut dengan naga.

Falsafah penting dalam perkembangan sejarah bangsa Cina adalah memberi apresiasi terhadap setiap detail topografi. Bentuk gunung dan bukit, alur dan aliran sungai, letak hutan dan ngarai atau jurang masing-masing mendapat perhatian.

Dalam era modern ini atau mereka yang tinggal di daerah perkotaan, struktur dan bentuk-bentuk di atas digantikan. Gedung-gedung bertingkat tinggi dianggap gunung, jalan raya besar menjadi aliran sungai dunia modern dan jalan yang lebih kecil menjadi anak-anak sungainya. Semua itu membawa pengaruh bagi bangunan-bangunan yang diciptakan manusia. Mulai dari penataan tata kota, gedung-gedung apartemen, kawasan perdagangan, komplek ruko, kompleks perumahan, dirancang secara seksama agar bangunan terlindungi dari dampak-dampak yang tidak menguntungkan sembari berupaya memaksimalkan kemaslahatannya bagi manusia.
Keunggulan tanah dengan letak dan kontur tertentu dalam suatu bukit atau gunung memberi manfaat tersendiri bagi jenazah yang dikubur di sana. Ini dapat dijelaskan bahwa ada pembedaan perlakuan untuk penggunaan formula-formula feng shui karena ada 3 jenis tanah, yaitu: naga dataran tinggi; naga tanah bergelombang dan naga tanah datar.
Mempelajari Luan Tao berarti belajar mengamati kontur tanah, pemetaan lokasi sungai agar dapat diperoleh tempat tinggal atau makam yang mampu mendapatkan qi dalam jumlah memadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar