Praktik Feng Shui Jaman Dahulu
Setelah sukses menjadi raja dan mendirikan suatu dinasti
karena letak makam leluhur mereka diyakini memunyai feng shui yang baik, mereka
berupaya menggunakan kaidah-kaidah yang sama untuk mencari letak lahan guna
dijadikan ibukota dan membangun istana. Upaya-upaya besar agar dihasilkan feng
shui istana yang baik dilakukan. Membangun gunung ‘buatan’ agar dapat diambil
energinya dilakukan lewat pekerjaan kolosal dengan melibatkan ribuan orang
(rakyat) dan dalam waktu yang lama. Tidaklah mengherankan perlu waktu
pembangunan selama 12 tahun untuk membuat gunung buatan dengan agar menyerupai
gunung berbentuk “Seni Militer” (military
art) – sebagai pelindung makam - pada tanah di tempat diambil tanah berubah
menjadi danau di taman Bei Ling yang dibuat merangkul makam. Lewat dua struktur
buatan (gunung dan danau) yang kolosal ini, makam Zhao Ling menerima qi.
Pada awal raja atau kaisar membangun istana mereka pada
kisaran 4000 tahun silam, mereka meminta bantuan ‘orang pintar’ untuk
merencanakan dan merancang tata-letak istana mereka. Negara Cina terletak pada
bumi bagian Utara sehingga rumah yang menghadap selatan akan menerima sinar
matahari, lebih hangat dan terlindung dari tiupan angin utara yang dingin.
Alasan ini membuat banyak desa dan kota di Cina dibangun dengan mendasarkan diri
pada sumbu atau poros utara-selatan. Hal ini pula yang mendasari mengapa tata-letak istana kaisar-kaisar mengacu
pada sumbu utara-selatan. Kota Terlarang (Forbidden
City) di Beijing, yang dapat dikatakan paling modern, memunyai orientasi
ini dengan arah utara adalah Gerbang Langit (Tian-an
Men).
Kompas feng shui mengacu pada arah selatan dan
ditempatkan di atas, orientasi arah selatan menyebabkan arah timur berada di
kiri dan arah barat ada di kanan. Tidaklah mengherankan apabila dalam
menempatkan empat binatang pelindung, kiri adalah naga yang menunjuk unsur kayu
berada di timur, harimau di kanan menunjuk unsur logam, burung merah yang
berarti unsur api ada di selatan dan kura-kura hitam yang menunjuk unsur air
ada di utara.
Pemilihan tempat atau lahan dilanjutkan dengan membangun
dan menghadap ke arah-arah tertentu untuk mendapatkan manfaat demi
kelangsungan, kelanggengan dan kejayaan dinasti yang mereka dirikan dengan
menggunakan kaidah-kaidah tertentu. Para pakar yang menguasai kaidah-kaidah itu
akan mencari lahan sebelum dijadikan istana atau makam bagi raja dan
keturunannya.
Praktik ini, meskipun belum dikenal istilah feng shui,
sudah ada pada dinasti Zhou (1100 – 256 SM.) yaitu digunakan untuk mencari
lahan menguntungkan yang metode divinasi ‘Zhai
Bu’. Untuk menentukan lokasi makam, sebagai contoh, ‘Zhai Bu’ digunakan untuk mengetahui apakah ada aliran air di bawah
lokasi makam itu. Era di atas adalah adalah era Raja Wen yang juga dikenal
sebagai perumus I Ch’ing. Kosmologi Cina ditambah dengan filsafat seperti
Konfusianisme, Taoisme, teori Yin/Yang,
Pa Kua, Lima Unsur (Wu Xing) dan
kalender primitif dari dinasti Xia dengan kombinasi 10 Batang Langit dan 12
Cabang Bumi mulai menampakkan sosok feng shui yang lebih terstruktur. Masa ini
disebut oleh Eva Wong sebagai periode Permulaan.
Periode berikutnya, periode pembentukan, baru terjadi
pada dinasti Han, dimana mulai dikenal konsultasi feng shui dan dalam beberapa
hal mulai dikaitkan dengan I Ch’ing.
Ilmu meramal muncul sebagai cabang ilmu pengetahuan. Para pakar di
bidang ini disebut dengan fang shih. Fang berarti rumus, metode atau teknik,
dan Shih berarti praktisi atau
pengurai. Profesi fang shih muncul
dipicu oleh peran penting mereka sebagai penasihat politik dan militer. Pada
masa ini hidup Kuei-ku Tzu dengan keahlian di bidang astronomi, geografi dan
teknologi militer. Memunyai banyak murid dan salah satunya adalah Sun Pin (cucu
Sun Tzu, penulis “Seni Berperang”).
Nama yang paling dikenal pada periode ini adalah Chang Liang.
Chang Liang membantu Liu Pang meruntuhkan dinasti Ch’in
dan mendirikan dinasti Han. Menurut legenda, ilmu Chang Liang diperoleh dari
Huang Shih-kung yang mungkin tidak terlalu asing karena dia juga menulis buku “Seni Berperang” juga.
Istilah feng shui secara samar muncul selama dinasti Jin,
ketika disebut dalam buku Guo Pu (276 – 324) dalam karyanya, buku tentang
pemakaman (“The Book of Burial”). Dalam buku ini pula disebutkan
bahwa orang meninggal pun harus memeroleh manfaat dari Sheng Qi dari lokasi
makam yang menguntungkan.
Istilah kan yu
disebutkan juga dalam buku Huai-nan Tzu pada awal dinasti Han. Pada penghujung
dinasti Han, Cina perpecah menjadi tiga negara yang saling berperang. Kisah ini
dituturkan dalam “Kisah Tiga Negara” atau “Sam Kok” yang terkenal. Nama Zhuge
Liang muncul pada periode perang tiga negara, dimana dia mengenalkan Qi Men Dun
Jia, dimana Qi Men berarti “tempat-tempat terbuka yang misterius” dan Dun Jia
berarti “menyembunyikan gerakan.”
Pada dinasti Tang, feng shui berkembang pesat dengan mulai
digunakan kompas feng shui (Lou Pan). Dari yang sederhana, hanya memuat
beberapa lingkaran, ditambah hingga 46 lingkaran. Nama Yang Kun Sun muncul pada
masa ini dengan memelajari bentuk-bentuk tanah dan alur-alurnya sebagai
urat-urat nama sebagai pokok prediksi dari feng shui. Yang Kun Sun dikenal
karena sifat suka-membantu (philantropi) dan kisahnya juga muncul pada sejarah
Xuan Kong. Chen Tuan adalah nama berikut yang dikenal pada dinasti Sung,
menggantikan dinasti Tang yang runtuh.
Diketahui bahwa Chen Tuan menulis banyak makalah tentang
daur perubahan alam semesta dan merintis sistem memrediksi langit yang dikenal
sebagai Zi Wei Dou Su .
Perkembangan berikutnya dari feng shui terjadi pada
dinasti Song (960 - 1279). Pada masa ini hidup seorang Master feng shui bernama
Wu Jin Luan yang menulis “Buku Kutub
Langit Yin Yang” (Yin Yang Tian Gi
Shu) dimana didalamnya ada pernyataan bahwa kaisar pertama dinasti Tong,
Tang Xuan-Zong memunyai koleksi berharga tentang perhitungan-perhitungan feng
shui yang disebut “Buku Rahasia
Surat-Surat Pualam” (Yu Han Bi Shu)
yang ditulis oleh matematikawan terkemuka pada masa itu bernama Chiu Yen-Han.
Pada dinasti Song
juga muncul Master feng shui Lai Bu-Yi (961 - 1277) yang menyatakan bahwa
pengetahuan feng shui-nya juga disebarkan lewat cikal-bakal ajaran Yang Yun Song
dengan aliran Jianxi-nya.
Shou Yung (1011 - 1077) dengan inovasinya pada I Ch’ing metode
Plum-Blossom atau juga dikenal dengan I Ch’ing metode Mei Hua, selain membuat
tabulasi ulang atas 64 heksagram I Ch’ing dengan menjabarkan garis lurus dan
garis patah dengan angka 1 dan 0 (biner) sebelum disusun kembali menjadi 64
heksagram yang dikelompokkan menurut keluarga unsur-unsur trigram.