Sabtu, 28 September 2013

Praktik Feng Shui Jaman Dahulu



Praktik Feng Shui Jaman Dahulu
Setelah sukses menjadi raja dan mendirikan suatu dinasti karena letak makam leluhur mereka diyakini memunyai feng shui yang baik, mereka berupaya menggunakan kaidah-kaidah yang sama untuk mencari letak lahan guna dijadikan ibukota dan membangun istana. Upaya-upaya besar agar dihasilkan feng shui istana yang baik dilakukan. Membangun gunung ‘buatan’ agar dapat diambil energinya dilakukan lewat pekerjaan kolosal dengan melibatkan ribuan orang (rakyat) dan dalam waktu yang lama. Tidaklah mengherankan perlu waktu pembangunan selama 12 tahun untuk membuat gunung buatan dengan agar menyerupai gunung berbentuk “Seni Militer” (military art) – sebagai pelindung makam - pada tanah di tempat diambil tanah berubah menjadi danau di taman Bei Ling yang dibuat merangkul makam. Lewat dua struktur buatan (gunung dan danau) yang kolosal ini, makam Zhao Ling menerima qi.

Pada awal raja atau kaisar membangun istana mereka pada kisaran 4000 tahun silam, mereka meminta bantuan ‘orang pintar’ untuk merencanakan dan merancang tata-letak istana mereka. Negara Cina terletak pada bumi bagian Utara sehingga rumah yang menghadap selatan akan menerima sinar matahari, lebih hangat dan terlindung dari tiupan angin utara yang dingin. Alasan ini membuat banyak desa dan kota di Cina dibangun dengan mendasarkan diri pada sumbu atau poros utara-selatan. Hal ini pula yang mendasari mengapa tata-letak istana kaisar-kaisar mengacu pada sumbu utara-selatan. Kota Terlarang (Forbidden City) di Beijing, yang dapat dikatakan paling modern, memunyai orientasi ini dengan arah utara adalah Gerbang Langit (Tian-an Men).

Kompas feng shui mengacu pada arah selatan dan ditempatkan di atas, orientasi arah selatan menyebabkan arah timur berada di kiri dan arah barat ada di kanan. Tidaklah mengherankan apabila dalam menempatkan empat binatang pelindung, kiri adalah naga yang menunjuk unsur kayu berada di timur, harimau di kanan menunjuk unsur logam, burung merah yang berarti unsur api ada di selatan dan kura-kura hitam yang menunjuk unsur air ada di utara.
Pemilihan tempat atau lahan dilanjutkan dengan membangun dan menghadap ke arah-arah tertentu untuk mendapatkan manfaat demi kelangsungan, kelanggengan dan kejayaan dinasti yang mereka dirikan dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu. Para pakar yang menguasai kaidah-kaidah itu akan mencari lahan sebelum dijadikan istana atau makam bagi raja dan keturunannya.

Praktik ini, meskipun belum dikenal istilah feng shui, sudah ada pada dinasti Zhou (1100 – 256 SM.) yaitu digunakan untuk mencari lahan menguntungkan yang metode divinasi ‘Zhai Bu’. Untuk menentukan lokasi makam, sebagai contoh, ‘Zhai Bu’ digunakan untuk mengetahui apakah ada aliran air di bawah lokasi makam itu. Era di atas adalah adalah era Raja Wen yang juga dikenal sebagai perumus I Ch’ing. Kosmologi Cina ditambah dengan filsafat seperti Konfusianisme, Taoisme,  teori Yin/Yang, Pa Kua, Lima Unsur (Wu Xing) dan kalender primitif dari dinasti Xia dengan kombinasi 10 Batang Langit dan 12 Cabang Bumi mulai menampakkan sosok feng shui yang lebih terstruktur. Masa ini disebut oleh Eva Wong sebagai periode Permulaan.

Periode berikutnya, periode pembentukan, baru terjadi pada dinasti Han, dimana mulai dikenal konsultasi feng shui dan dalam beberapa hal mulai dikaitkan dengan I Ch’ing.  Ilmu meramal muncul sebagai cabang ilmu pengetahuan. Para pakar di bidang ini disebut dengan fang shih. Fang berarti rumus, metode atau teknik, dan Shih berarti praktisi atau pengurai. Profesi fang shih muncul dipicu oleh peran penting mereka sebagai penasihat politik dan militer. Pada masa ini hidup Kuei-ku Tzu dengan keahlian di bidang astronomi, geografi dan teknologi militer. Memunyai banyak murid dan salah satunya adalah Sun Pin (cucu Sun Tzu, penulis “Seni Berperang”). Nama yang paling dikenal pada periode ini adalah Chang Liang.
Chang Liang membantu Liu Pang meruntuhkan dinasti Ch’in dan mendirikan dinasti Han. Menurut legenda, ilmu Chang Liang diperoleh dari Huang Shih-kung yang mungkin tidak terlalu asing karena dia juga menulis buku “Seni Berperang” juga.

Istilah feng shui secara samar muncul selama dinasti Jin, ketika disebut dalam buku Guo Pu (276 – 324) dalam karyanya, buku tentang pemakaman (“The Book of Burial”). Dalam buku ini pula disebutkan bahwa orang meninggal pun harus memeroleh manfaat dari Sheng Qi dari lokasi makam yang menguntungkan. 
Istilah kan yu disebutkan juga dalam buku Huai-nan Tzu pada awal dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han, Cina perpecah menjadi tiga negara yang saling berperang. Kisah ini dituturkan dalam “Kisah Tiga Negara” atau “Sam Kok” yang terkenal. Nama Zhuge Liang muncul pada periode perang tiga negara, dimana dia mengenalkan Qi Men Dun Jia, dimana Qi Men berarti “tempat-tempat terbuka yang misterius” dan Dun Jia berarti “menyembunyikan gerakan.”

Pada dinasti Tang, feng shui berkembang pesat dengan mulai digunakan kompas feng shui (Lou Pan). Dari yang sederhana, hanya memuat beberapa lingkaran, ditambah hingga 46 lingkaran. Nama Yang Kun Sun muncul pada masa ini dengan memelajari bentuk-bentuk tanah dan alur-alurnya sebagai urat-urat nama sebagai pokok prediksi dari feng shui. Yang Kun Sun dikenal karena sifat suka-membantu (philantropi) dan kisahnya juga muncul pada sejarah Xuan Kong. Chen Tuan adalah nama berikut yang dikenal pada dinasti Sung, menggantikan dinasti Tang yang runtuh.
Diketahui bahwa Chen Tuan menulis banyak makalah tentang daur perubahan alam semesta dan merintis sistem memrediksi langit yang dikenal sebagai Zi Wei Dou Su .
Perkembangan berikutnya dari feng shui terjadi pada dinasti Song (960 - 1279). Pada masa ini hidup seorang Master feng shui bernama Wu Jin Luan yang menulis “Buku Kutub Langit Yin Yang” (Yin Yang Tian Gi Shu) dimana didalamnya ada pernyataan bahwa kaisar pertama dinasti Tong, Tang Xuan-Zong memunyai koleksi berharga tentang perhitungan-perhitungan feng shui yang disebut “Buku Rahasia Surat-Surat Pualam” (Yu Han Bi Shu) yang ditulis oleh matematikawan terkemuka pada masa itu bernama Chiu Yen-Han.
Pada  dinasti Song juga muncul Master feng shui Lai Bu-Yi (961 - 1277) yang menyatakan bahwa pengetahuan feng shui-nya juga disebarkan lewat cikal-bakal ajaran Yang Yun Song dengan aliran Jianxi-nya.
Shou Yung (1011 - 1077) dengan inovasinya pada I Ch’ing metode Plum-Blossom atau juga dikenal dengan I Ch’ing metode Mei Hua, selain membuat tabulasi ulang atas 64 heksagram I Ch’ing dengan menjabarkan garis lurus dan garis patah dengan angka 1 dan 0 (biner) sebelum disusun kembali menjadi 64 heksagram yang dikelompokkan menurut keluarga unsur-unsur trigram.

Sabtu, 21 September 2013

Evolusi Feng Shui



Evolusi Feng Shui
Untuk sampai pada sosok yang sekarang sehingga lebih mudah dipelajari, feng shui mengalami evolusi. Henry B. Lin dalam karyanya yang berjudul “The Art & Science of Feng Shui. The Ancient Chinese Tradition of Shaping Fate” membagi perkembangan feng shui ke dalam 5 periode, yaitu:

a. Periode kebangkitan
Diawali pada tahun 2600 SM. sampai dinasti Jin. Teori tentang makam dan rumah tinggal sudah ada pada periode ini. Dapat disebut panduan Qing Nang  Qu pada era Kaisar Kuning, namun yang paling penting adalah “Book of Burial” dari Guo Pu yang mengandung pernyataan yang sudah disebutkan di atas “Apa itu feng shui?”

b. Periode kejayaan
Diawali dinasti Tang (618 - 907) sampai dinasti Song (960 - 1179). Pemikiran tentang apa yang kelak yang kita sebut sebagai feng shui mulai mengkristal  pada periode ini dengan adanya pembedaan antara aliran situasi dan aliran arah. Aliran situasi memberi penekanan pada topografi dan lingkungan sekitar, melihat dan mengutamakan bentuk dan tinggi gunung dan jajarannya, kecepatan serta liku dan liuk aliran sungai. Sedangkan aliran arah fokus lebih fokus kepada derajat akurasi lokasi gedung atau bangunan dengan bintang-bintang tertentu. Penyelarasan antara penghuni dan arah, semua didasarkan pada teori Pa Kua, Lima Unsur (Wu Xing), Ba Zi dan I Ch’ing.

c. Periode lanjutan
Dimulai pada dinasti Yuan (1270 - 1368) sampai dinasti Qing (1644 - 1911). Periode ini ditandai dengan mulai kurangnya pengembangan teori-teori feng shui, namun mulai marak dengan munculnya karya-karya tentang feng shui dengan beragam judul. Temuan Mu Jiangzen bahwa tanah dengan feng shui menguntungkan, seiring dengan berjalannya waktu, akan berubah. Mulai periode ini, aspek waktu dalam feng shui mulai dipakai.

d. Periode kemunduran
Sampai tahun 1970, seiring dengan pergolakan yang terjadi di Cina, praktis tidak ada perkembangan berarti. Bukan berarti feng shui mulai dilupakan, namun justru menjadi kepercayaan utama pada pemimpin negara pada masa itu. Feng shui dapat membuat mereka meraih posisi tinggi dalam pemerintahan. Yuan Shi-kai menemukan tempat dengan keunggulan feng shui untuk mengubur abu orang tuanya sebelum dia akhirnya menjadi presiden pertama republik Cina pada tahun 1912. Kepercayaan sama dilakukan oleh Chiang Kai-sek yang meyakini bahwa makam kedua orangtuaya yang bagus membuat dirinya menjadi pahlawan nasional setelah sukses mengusir Jepang pada tahun 1945. Dr. Sun Yat-sen dan Mao Tze-tung juga mengikuti jejak itu, namun Mao, pada revolusi kebudayaan, memusnahkan semua literatur yang terkait dengan feng shui untuk mengamankan kedudukannya.

e. Periode kebangkitan kembali
Setelah Cina mulai membuka diri lewat membina hubungan kembali dengan Amerika mampu menguak feng shui ke pecaturan yang lebih luas, dunia. Lewat para Master yang secara terbuka maupun diam-diam, mulailah feng shui menyebar ke seluruh dunia. Dimulai dari terbitnya buku-buku feng shui dari Hongkong dan Taiwan. Imigran yang pergi meninggalkan Cina daratan menuju Kanada menjadi cikal bakal berkembangnya feng shui keseluruh dunia.  

Sabtu, 14 September 2013

"Trio Perkasa"




“Trio Perkasa”
Feng Shui pada hakikatnya membahas tentang peran angin, air dan gunung. Masing-masing komponen di atas memberi bentuk dan kontur pada permukaan bumi yang kita huni ini. Dengan mengetahui peran ketiga kekuatan perkasa ini, kita, manusia, dapat memanfaatkannya demi kelestarian bumi dan tentunya kesejahteraan manusia. Dengan mengetahui pola-pola perubahan, manusia dapat memanfaatkan guna memperoleh kemakmuran. Bahasan tentang gunung dibahas Luan Tao yang akan dibahas pada kesempatan berikut, sedangkan untuk duo: angin (feng) dan air (shui) menjadi inti bahasan tentang feng shui. Namun sebelum kita membahas lebih dalam pada tulisan-tulisan berikutnya, diberikan sekelumit ulasan tentang “Trio Perkasa” ini.

Angin (feng)
Aliran yang ada di atas permukaan tanah adalah angin. Ada kepercayaan bahwa naga-naga tinggal di aliran sungai atau di lautan namun juga dapat terbang ke atas awan untuk kemudian kembali ke sungai. Pengetahuan ini terkait dengan adanya proses penguapan, formasi awan dan hujan. Angin (feng) membawa naga air (shui) lewat pembentukan awan dan turun sebagai air hujan. Turunnya hujan memberi dampak pada lansekap lewat bentukan pola-pola aliran air sebelum kembali ke lautan, melalui sistem pengairan sungai yang ‘memahat’ bentuk lansekap, lembah-lembah, jajaran pegunungan dan pembentukan daerah dataran. Dikatakan bahwa angin bertiup dari segala penjuru arah, yang akan membuyarkan qi sebelum terakumulasi.

Air (shui)
Saluran-saluran air adalah aliran qi yang nyata. Qi itu sendiri memunyai arti udara atau uap. Dalam mengartikan air, perlu dicamkan adalah suatu ketentuan umum bahwa air yang mengalir deras atau lurus, membuat qi pergi dari suatu lokasi dengan cepat, sehingga tidak diinginkan; sebaliknya aliran air yang lambat membuat qi terakumulasi terlebih jika mereka membuat penampungan air di depan lokasi.
Aliran air yang berbelok-belok dan meliuk lambat adalah indikasi terbaik bagi adanya konsentrasi qi, sehingga persimpangan saluran-saluran air disebut titik pusat naga, dan dengan menggunakan kompas, seorang pakar feng shui dapat menenggarai ‘titik’ atau persimpangan tersebut.
Terlepas dari kedua hal di atas: angin dan air, ada satu faktor lain yaitu gunung. Akan lebih mudah dijelaskan pada bagian ini karena setelah dinasti Song, feng shui terbagi menjadi dua yaitu aliran Luan Tou yang lazim disebut dengan aliran bentuk dan aliran pengatur qi atau Li-qi.

 
Gunung (San)
Gunung-gunung seringkali digunakan untuk menggambarkan keabadian. Selain itu gunung dapat juga disebut dengan naga. Bentuk dan struktur gunung yang tampak mencuat di atas horison, dengan mengacu pada bentuk puncaknya, dapat dipilah ke dalam lima jenis gunung dan dinamai sesuai dengan unsur-unsur pada Lima Unsur (Wu Xing).  Untuk memudahkan memberi indikasi, kelima jenis gunung itu juga diberi nama seperti nama planet seperti tabel di bawah ini.

Bentuk: runcing; unsur: Api; planet: Mars
Bentuk: bundar dengan lereng runcing; unsur: Kayu; planet: Jupiter
Bentuk: persegi; unsur: tanah; planet: Saturnus
Bentuk: bundar dengan lereng tidak tinggi; unsur: logam; planet: Venus
Bentuk: Tidak rata, bergelombang, naik-turun dan punya banyak puncak kecil; unsur: air; planet: Merkurius

Selain penggolongan gunung berdasarkan unsur, terdapat pembagian gunung berdasarkan bentuk jajaran gunung-gunung yang dinamai seperti nama-nama bintang-bintang pada Bintang Terbang (Xuan Kong Fei Xing), yaitu: Tan Lang (“Serigala Rakus”); Ju Men (“Gerbang Besar”); Lu Cun (“Penghargaan”); Wen Chu (“Seni Kepustakaan”); Lian Zhen (“Kemurnian”); Wu Qu (“Seni Militer”); Po Jun (“Prajurit Terluka”); Fu Bi dan You Bi (“Asisten Kiri dan Asisten Kanan”). Bentuk dan formasi gunung yang berbeda akan memberi dampak yang berbeda pula bagi mereka yang tinggal di dekatnya, dimana dampak ini bisa berlangsung beberapa generasi. Jangan mencoba bertanya mengapa pemberian nama di atas tidak memiliki relevansi. Jangan terlalu memerhatikan nama setiap bintang karena memang tidak ada hubungan dengan makna yang ingin disampaikan.

Sabtu, 07 September 2013

Apakah Ada Aliran Feng Shui?



Apakah ada aliran Feng Shui?
Terakhir ini ada penyelenggara pelatihan feng shui yang menyebut bahwa dia mengajarkan feng shui aliran tertentu. Timbul pertanyaan apakah memang ada aliran  (pai) pada feng shui?

Pai atau aliran dapat dipastikan memunyai tokoh sentral atau pendiri yang menjadi cikal bakal aliran tersebut. Sebagai contoh, Butongpai dibangun oleh tokoh bernama Thio Sam Hong. Begitu pula Siaulimpai memiliki patron bernama Tat Mo.

Sama seperti kedua perguruan silat di atas, pengajar aliran tersebut dapat dipastikan memiliki silsilah dari pendiri atau tokoh utama turun-termurun sehingga sampai sekarang. Guru yang mengajar Anda merupakan murid atau anak dari generasi sebelumnya. Barangkali yang berbeda dengan banyak  pelatihan feng shui laiinya adalah bahwa aliran feng shui ini memunyai patron atau tokoh pendiri. Patron atau pendiri aliran yang hidup sejak pada jaman dulu ini menurunkan ilmu kepada murid atau anak kandungnya yang dapat ditelusuri hingga sampai penerusnya yang sekarang.

Berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang dapat dikembangkan oleh masing-masing patron dan para murid atau keturunannya, feng shui hanya mengenal dua sistem yang sudah disebut di atas, yaitu; San He dan San Yuan. Apabila ada orang menyebutkan aliran tertentu berarti dia juga harus memahami kedua sistem di atas.

Jadi apa gunanya penyebutan aliran?

Aliran dalam feng shui ini pertama disebut muncul di Malaysia yaitu Wu Chang Pai yang memiliki patron dan silsilah. Wu Chang Pai memunyai patron bernama Jiang Da Hong dengan Great Grand Master Shen Zhu Reng. Masih juga di Malaysia, muncul pula Yang Gong Feng Shui yang mengklaim bahwa feng shui yang diajarkan merupakan ajaran dari Master Feng Shui yang sangat terkenal. Hidup pada abad 9 dan namanya pasti cukup dikenal oleh semua penggemar feng shui karena buku-bukunya menjadi buku teks wajib feng shui yaitu Yang Yun Song.
Tujuan penyebutan aliran ini adalah untuk ‘memancing’ para antusias feng shui agar belajar feng shui pada aliran ini. Jadi dengan embel-embel ke-autentikan ini sebagai marketing gimmick, mereka mengharapkan ada murid-murid baru yang belajar kepada mereka. Kita pemasaran seperti ini dalam istilah manajemen  disebut “Strategi Samudera Biru” (Blue Ocean Strategy) yaitu menghindari bersaing di “Lautan merah” yang dapat membuat mereka berdarah-darah atau merugi, mereka mengembangkan pasar yang mampu memberikan laba.
Bahkan menurut kabar angin, bagi mereka yang memelajari Yang Gong Feng Shui, setelah mengambil semua modul wajib mengunjungi makam Yang Yun Song di Cina untuk memberi penghormatan pada almarhum.

Memang bagi sementara orang menyebut aliran feng shui yang dipelajarinya cukup memberi kebanggaan tersediri karena minimal dia dapat menyebut patron yang menjadi cikal-bakal aliran tersebut dan tentunya hanrus secara fasih. Ilmu yang biasanya diturunkan lewat murid atau keturunan ini ternyata dapat dikuasainya tanpa lewat jalur semula namun lewat kursus yang memungut biaya.
Pengakuan dan tuntutan khalayak bukan kepada aliran feng shui yang dianut, tetapi menyangkut cocok atau tidaknya saran-saran yang diberikan setelah melakukan konsultasi.

Terlepas dari aliran-aliran feng shui, mempelajari feng shui klasik akan selalu bertemu dengan dua sistem yang disebut di atas: San He dan San Yuan. Semua aliran feng shui dapat dipastikan mengacu kepada sistem di atas agar tidak dianggap aliran feng shui salah atau sesat.